Menambah Sumber Penghasilan Lewat Freelance




Istilah freelance saya kenal saat hendak lulus dari jenjang S-1. Saat itu, sebagai calon lulusan era covid, saya bingung nantinya kerja apa karena saat itu masih era covid-19 dan semua lini menerapkan sistem work from home. Pada akhirnya, saya berkenalan dengan aplikasi Fastwork. Kurang lebih saya sudah hampir 4 tahun memanfaatkan aplikasi ini. 

Fastwork adalah aplikasi yang menghubungkan antara freelancer dan klien. Layanan yang ditawarkan di sana ada beragam, seperti jasa voice over, pengetikan, desain grafis, pemrograman, konsultasi, editor naskah, dan masih banyak lagi. 

Menariknya, aplikasi ini bisa dipakai untuk freelancer yang memang ingin mencari klien dari Indonesia. Dimulai dengan buat akun, freelancer bisa menampilkan portfolio agar mencuri perhatian klien. 

Mencari cuan lewat Fastwork juga perlu strategi tersendiri. Di sana, freelancer akan bersaing dengan freelancer lainnya. Variasi harga juga jadi daya saing antar freelancer. Akun yang sudah berhasil menyelesaikan banyak projek tentu bisa memathok harga yang cukup tinggi karena trust yang mereka miliki sudah cukup besar. Sedangkan saya, saat itu tahun 2021 baru membuat akun dan jumlah history projek baru 0. 

Beberapa minggu setelah saya buat akun, saya mendapat notif permintaan layanan jasa dari seorang klien. Saat itu, saat saya baru akan lulus S-1, saya mendapatkan calon klien yang ingin naskah disertasinya dikoreksi.

Bukannya senang, saya justru takut. Saya merasa belum memiliki kapabilitas yang cukup saat itu. Mengoreksi tugas akhir S-3, sementara saya belum resmi lulus S-1. Setelah berdiskusi dengan klien sebentar, saya putuskan untuk menolak naskah tersebut. Alasan saya saat itu adalah saya merasa belum mampu untuk menerima projek pertama berupa disertasi. Sedikit kecewa sih ada, tapi saya lebih mementingkan untuk menerima projek yang saya sanggupi terlebih dahulu. 

Lambat laun, saya menerima projek yang lain, seperti esai, naskah terjemahan produk, artikel ilmiah, hingga instrumen penelitian. Rasanya menyenangkan karena bisa menerapkan ilmu yang saya dapat ketika kuliah. Saya pun mau tidak mau belajar lagi untuk memahami ejaan yang terus berkembang dan kompleks. Dari beberapa klien yang masuk, ada beberapa yang menjadi pelanggan setia. Dari situ, rasanya senang sekali mendapat kepercayaan dari klien di dunia maya. 

Untuk mengembangkan layanan jasa agar lebih menjangkau lebih banyak klien, saya membuka layanan melalui media sosial Instagram. Saya bangun akun khusus editing dan proofreading dengan harapan bisa menjangkau pengguna Instagram yang lebih luas. Karena bagi saya, tidak semua orang mengenal Fastwork dan mampu untuk menggunakan aplikasi tersebut. Terlebih lagi, jika melalui Fastwork, tentu akan ada biaya admin yang barangkali memberatkan klien. 







Dari akun bisnis di Instagram, saya coba membuat konten edukasi sembari promosi. Ilmu copywriting perlu saya pelajari lebih lanjut. Berhubung masih berkaitan dengan bahasa, saya menyukai proses belajar ini. Perlahan, saya coba membuat konten di reels dan feeds agar bisa memperkenalkan layanan saya kepada orang lain. Ketika projek yang datang tidak bisa saya handle sendiri, saya sering mengajak teman yang memiliki background editor untuk bekerja sama menyelesaikan projek tsb. 

Hampir semua klien yang bekerja sama dengan saya adalah orang-orang yang sebelumnya tidak mengenal saya. Ternyata, mereka sangat profesional saat membicarakan projek. Hampir tidak ada yang nego harga. Paling yang sering dinegosiasikan adalah durasi pengerjaan, privasi, dan garansi revisi. Dari pengalaman ini, saya belajar membangun kepercayaan klien dan benar-benar menjaga privasi. 

Pada suatu waktu, ada calon klien yang menghubungi untuk dibuatkan sebuah artikel/mengerjakan tugas kuliahnya. Dengan yakin, saya menolak projek tersebut. Alasan utamanya, saya tidak ingin dianggap joki. Hal itu juga cukup berisiko jika ternyata ketahuan oleh guru/dosennya si klien. Bagi saya, editor dan joki adalah dua hal yang berbeda. 

Membahas pengalaman unik, saya pernah juga mendapatkan klien abal-abal yang sepertinya ingin melakukan kejahatan digital. Mereka biasanya menginginkan saya untuk join telegram atau klik link yang tidak jelas. Hal-hal seperti ini memang perlu diwaspadai untuk setiap freelancer karena celah kejahatan bisa terjadi di mana saja. Ada juga seseorang dari India yang pernah menghubungi saya untuk mencari pekerjaan di usaha saya. Waduh, ini masih UMKM, saya belum terpikir untuk mempekerjakan orang luar negeri. Semoga saja suatu saat hal tersebut bisa terwujud, saya membuka usaha editing lintas negara dengan naskah berbagai bahasa :D 

Itulah sedikit cerita dari saya tentang sekelumit suka duka freelance. Di era saat ini, bekerja memang tidak harus ke kantor. Ada banyak alternatif pekerjaan yang bisa dilakukan dari mana saja. Masing-masing jenis pekerjaan tentu juga ada tantangan dan plus minusnya. 















Post a Comment for "Menambah Sumber Penghasilan Lewat Freelance "