Antara Perempuan, Standar Kecantikan, dan Semua Tuntutan
Gambar oleh Walkerssk dari Pixabay
Setiap perempuan itu diciptakan unik. Tak ada yang benar-benar sama. Semua pasti punya ciri khas dari apa yang sudah ia bawa sejak lahir.
Lalu, apakah
perempuan bisa disamaratakan dengan sesuatu yang disebut dengan standar
kecantikan? Jika saat ini berlaku sebuah standar bahwa perempuan cantik
haruslah putih, tinggi, langsing, hidung mancung, rambut panjang, kulit mulus,
bibir tipis, mata bulat, lalu bagaimana nasib perempuan yang tidak memiliki
bentuk tubuh seperti yang disebutkan tadi?
Semua Perempuan Terlahir dengan Variasi Rupa
Berbeda orang tua,
tentu berbeda rupa anaknya. Ada yang dari keturunan Cina, lalu lahirlah
perempuan bermata sipit. Ada orang tua dari keturunan Sunda, lalu lahirlah
perempuan berkulit putih khas Sunda. Ada orang tua dari keturunan Jawa, lalu
lahirlah perempuan berkulit sawo matang. Ada orang tua dari keturunan Papua,
lalu lahirlah perempuan berkulit gelap. Itu baru dilihat dari variasi warna
kulit. Ada banyak juga orang tua yang membawa gen bentuk rambut, bentuk hidung,
dan postur tubuh yang beragam.
Bisakah Disamaratakan dengan Standar Kecantikan?
Dengan berbagai
variasi rupa perempuan, apakah kira-kira mungkin diseragamkan dengan sebuah
standar kecantikan? Adilkah jika perempuan yang terlahir berkulit sawo matang
disebut tidak cantik karena syarat standar kecantikan harus putih? Adilkah jika
perempuan yang terlahir dengan ukuran hidung yang kurang mancung, kurang
tinggi, dan kurang-kurang lainnya dikatakan tidak cantik?
***
Sebelumnya, saya
akan berbagi cerita tentang pengalaman saya berdamai dengan diri sendiri.
Sebuah perjalanan ketika saya tidak pernah mendapatkan masalah kulit, lalu
mendapatkannya, lalu insecure hebat, dan saat ini yang masih proses untuk terus
mencintai diri sendiri.
Ketika Tiba-Tiba Mendapatkan Jerawat yang Tak Kunjung Sembuh
Topik jerawat
sendiri sudah membuat saya bosan untuk membahasnya. Namun, topik ini ternyata
yang membuatku memiliki pandangan berbeda mengenai standar kecantikan.
Setiap perempuan
pasti tidak ingin terdapat jerawat di wajahnya. Itulah mengapa banyak obat jerawat
yang bertebaran di toko obat dan kosmetik. Saya pun yang tiba-tiba mendapatkan
beberapa jerawat langsung berburu obat itu.
Semakin lama,
jerawat tak kunjung hilang dari wajah. Saya pun stres. Belum ada jerawat yang
sembuh, sudah muncul lagi, lalu ada lagi yang lain. Apa yang salah dengan saya?
Saya tak pernah pakai krim abal-abal/krim palsu. Ber-make up saja jarang,
apalagi bereksperimen dengan skincare macam-macam.
Singkat cerita,
saya berobat di dokter kulit dan mencoba merenungi diri. (Untuk cerita lengkap
tentang perjuangan saya melawan jerawat bisa dibaca di buku Seni Menata Cita
yang diterbitkan oleh BIKA Indonesia ya). Dari usaha yang saya lakukan itu,
perlu waktu yang panjang untuk bisa meyakinkan diri sendiri agar bisa sembuh
karena saat itu yang ada di pikiran saya adalah jerawat telah membuat wajah
saya menyeramkan. Kadar percaya diri saya turun drastis. Setiap hari hanya ada
rasa rendah diri, galau, dan nangis. Mungkin terlihat berlebihan, tapi
percayalah, saat itu saya merasa benar-benar terbunuh oleh standar kecantikan
yang ada di luar sana.
Jerawat Bukanlah Sesuatu yang Haram, It’s Normal
Dilihat dari
umurku yang masih di awal-awal 20 tahun, jerawat adalah sesuatu yang normal.
Hormon yang tidak stabil dan banyaknya aktivitas di luar ruang adalah secuil
dari penyebabnya. Sebenarnya, pengetahuan ini pasti sudah terjabar lengkap di
pelajaran IPA saat SMP/Biologi saat SMA. Tapi sekali lagi, namanya juga sedang
stres, saat itu saya hanya memikirkan bagaimana jerawat di wajah bisa hilang,
pokoknya harus hilang.
Berkaitan dengan
pembahasan tentang “Semua Perempuan Terlahir dengan Variasi Rupa”, saya menjadi
tahu juga jika umat manusia juga terlahir dengan sistem tubuh yang tidak sama.
Misalkan, ada orang yang suka makan banyak tapi badannya tetap kurus, ada pula
orang yang makan dalam porsi normal tapi tetap gemuk/perlu waktu lebih lama
untuk kurus. Setelah saya menyimak penjelasan dari beberapa dokter dan ahli
kesehatan, ini karena tiap orang punya sistem metabolisme yang berbeda-beda. Masyaallah.
Allahuakbar. Allah memang Mahabesar. Hal ini membuat saya sadar jika manusia
itu tak mungkin disamaratakan dengan sebuah standar kerupawanan yang sebenarnya
aneh dan tidak masuk akal. Tak berhenti di situ, saya melihat keajaiban Allah
ketika saya becermin. Saat itu, saya memperhatikan kulit wajah saya yang
termasuk oily/berminyak dan cukup sensitif dengan tingkat stres dan makanan
yang masuk ke mulut. Pori-pori di kulit saya memang cukup besar, sehingga
membuat jerawat mudah muncul.
Apakah saya ingin
mengajukan banding ke pengadilan Allah karena kondisi kulit wajah saya yang
cukup sensitif ini? Hehe... tentu tak akan mampu dan tidak mungkin bisa. Allah
yang memberikan kondisi kulit wajah saya seperti ini, pasti ada tujuannya.
Allah ingin saya lebih memperhatikan apa yang saya makan. Allah ingin saya
lebih repot untuk merawat diri. Allah ingin saya tahu betapa pentingnya
bersyukur. Sementara di luar sana, Allah pasti memberikan kondisi kulit ke
manusia-manusia yang lain dengan kondisi yang berbeda pula. Ada yang kulit
normal, kulit kering, dan kulit berminyak juga. Sekali lagi, Allah yang
Mahabesar ini membuat saya semakin yakin jika standar kecantikan yang tersebar
di luar sana itu TIDAK MASUK AKAL.
Standar Kecantikan Dibuat Hanya untuk Kepentingan
Komersil
Jika menilik dari
sejarahnya, standar kecantikan mempunyai asal usul yang panjang jika
dijelaskan. Saya ingin merekomendasikan ke teman-teman beberapa tayangan video
YouTube dari Kak Gita Savitri yang berjudul “Why Beauty Standards Are
Ridiculous” dan dari Remotivi yang berjudul “Kenapa Harus Cantik?”. Ada juga
penjelasan dari Kak Kalis Mardiasih pada bukunya “Muslimah yang Diperdebatkan”.
Dalam buku tersebut, ada salah satu bab (yang saya lupa judul babnya) membahas
tentang fenomena dan asal usul kosmetik yang memiliki klaim flawless,
brightening, whitening, dsb.
Terlepas dari
Standar Kecantikan, Perempuan Tidak Boleh Abai dengan Kesehatan
Poin ini termasuk
yang saya dapatkan ketika berjuang menyembuhkan jerawat. Saya merasa diingatkan
Allah untuk lebih menjaga kesehatan dengan memperhatikan makanan dan minuman
yang dikonsumsi. Untuk teman-teman yang barangkali tidak memiliki alergi/reaksi
jerawat jika mengonsumsi makanan tak sehat, tolong jangan terlena. Sayangi
tubuh kita sendiri dengan mengonsumsi makanan sehat. Boleh deh jika sesekali
ingin minum manis, makan junkfood, yang berminyak, atau yang berlemak. Kita
sendiri yang punya kendali atas tubuh sendiri untuk memilah dan memilih.
Berpola hidup sehat saja tidak menjamin memiliki masa tua tanpa sakit-sakitan,
apalagi jika memilih tidak hidup sehat.
Ini juga berlaku
dengan olahraga. Meskipun sudah percaya bahwa cantik tidak harus kurus, tetapi
berolahraga juga penting untuk kesehatan. Tak bisa dimungkiri kalau gemuk bisa
juga mendatangkan berbagai penyakit. Jadi, olahraga juga penting untuk menjaga
kesehatan dan berat badan agar tetap bugar. Jika nanti berat badan menjadi
ideal dan kulit wajah menjadi lebih sehat, itu berarti bonus yang perlu
disyukuri juga hehe.
Terima kasih
teman-teman yang sudah bersedia membaca tulisan ini sampai akhir. Tentukan
sendiri standar kecantikan/kerupawanan kalian masing-masing, yaitu dengan
menjadi versi terbaik bagi diri sendiri. Mohon maaf jika terdapat
kesalahan/sesuatu yang kurang berkenan di hati kalian. Semoga tulisan ini bisa
mengurangi kita untuk tidak sering membandingkan diri dengan orang lain,
terlebih perihal fisik. Yakinlah, Allah telah menciptakan manusia dalam bentuk
sebaik-baiknya. Mari bersama mensyukuri apa yang telah melekat di tubuh kita,
baik dalam kondisi sehat maupun sakit.
Post a Comment for "Antara Perempuan, Standar Kecantikan, dan Semua Tuntutan "
Post a Comment